Senin, 23 April 2012

MY SWEET SEVENTEEN

Aku adalah anak dari seorang saudagar kaya raya yang super sibuk yang kerjanya hanya di luar kota dan tak pernah memikirkan anaknya,Panggil saja namaku Rina.bagiku  yang tanpa ditemani orang tua di rumah itu sudah biasa.Aku tinggal di rumah bersama bi Ijah dan pak Jono supir pribadiku.dari umur 4 tahun aku hari-hariku  selalu di isi dengan mereka,mungkin yang difikirkan orang tuaku hanya Rupiah dan Rupiah saja.Sejak umur 4 tahun pula aku memiliki kebiasaan yang aneh,setiap malam aku selalu pergi ke atas loteng untuk melihat indahnya malam hingga Shubuh menjelang.

Umurku kini 16 tahun 11 bulan,dan bulan depan adalah bulan dimana umurku Genap 17 tahun.aku berharap disaat umurku 17 tahun orang tuaku datang ke Jakarta dan merayakan sweet seventeen ku bersama-sama.satu hari sebelum umurku genap 17 tahun seperti biasa aku berada di atas loteng ditemani dengan Dimas tetangga di depan rumahku.
“kayak biasa Rin?”Tanya Dimas sambil menghampiriku
“Iya nih mas,kamu kan tau setiap malam aku selalu di atas”Jawabku “ooh gitu… Emang dulu mamah kamu ngidam apasih sampe kamu punya kebiasaan yang aneh kayak gini?” Tanya dimas kembali
“Mungkin mamah dulu lagi hamil aku dia ngidam Kucing kali yah!” Gurau ku
“hahahaha bisa saja kamu Rin,walaupun gitu beliau itu mamah kamu!” Terang Dimas

Genap sudah umurku 17 tahun seperti biasa aku mulai ritualku,dengan membawa selimut dan cemilan yang cukup aku pun pergi ke atas loteng sambil menunggu orang tuaku datang.Bi Ijah datang,tidak seperti biasanya ia melarangku untuk melakukan Ritual ini. “eeeh neng Rina kamu the ngapain malem-malem nongkrong di atas loteng  sudah kayak Kucing Garong aja!” Tegur Bibi
“ah bi Ijah kayak gak tahu kebiasaan  aku saja,aku kan sudah biasa bi diatas loteng setiap malam” Jawab ku
“nanti kalo neng Rina kedinginan gimana atuh?” Tanya Bibi
“tenang Bi,aku udah siapin selimut ko bi!” jawab ku
“ka..kalo..”perkataan bi Ijah aku putus
“Kalo lapar bi?kalo lapar aku udah bawa persediaan makanan ringan ko bi,yang penting bisa ganjal perut” ku sambar perkataan bi Ijah
“Ya sudah lah,Hati-hati ya neng!” Kata bibi.

Telah lewat tengah malam aku menunggu di atas loteng dan tidak seperti biasanya,yang biasanya aku selalu ditemani oleh Dimas kini ia tidak menemaniku,mungkin sudah tidur itulah yang ada di fikiranku.tidak lama dari itu datanglah pasangan yang sepertinya baru jadian berhenti di depan rumah Dimas dengan menaiki motor.Hati ku terasa sesak melihatnya ditambah lagi pasangan tersebut adalah Dimas dan Dewi yang juga sahabatku Sejak kecil.Mungkin aku telah menyimpan perasaan pada dimas,secara Dimas adalah teman kecilku yang hingga saat ini setia menemani aku di saat aku di loteng,tapi sekarang semuanya terasa menghilang.Kejadian tersebut sudah kulupakan,tiba2 aku melihat seorang maling menggunakan Sarung hitam yang ingin mencuri di rumah tetangga sebelah ku,sebenarnya aku ketakutan tapi tiba-tiba saja maling tersebut lari ketakutan ketika melihatku.Mungkin karena maling itu mendengar suara tangisan ku dan melihatku yang sedang dibalut selimut putih hingga menyerupai hantu.

Hari semakin menuju pagi dan mataku telah mengantuk.Dan bi Ijah membangunkan ku.
“Neng Rina”sahut bi Ijah
“ayo kita berangkat Shalat Shubuh”ajak bi Ijah
Selesai aku pergi Sembahyang aku pulang tiba-tiba saja.
“SURPRISE..!” kejut orang tua ku
Dimas menghampiriku dan tiba-tiba aku di angkat olehnya dan di lempar ke dalam kolam
“Gubrak” saat aku sadar ternyata aku telah terbaring di lantai dengan merintih kesakitan.
Bi Ijah mengantarku ke rumah sakit terdekat dan aku pun dirawat.Keesokan harinya Dimas dan Dewi datang menjenguk ku.
Dimas menghampiriku dan berkata “emmm… mungkin kamu sudah liat kan semalam?”
“udah” jawab ku dengan keras
“Aku dan Dewi sudah jadian tadi malam” Tegas Dimas
Hatiku terasa di tusuk-tusuk oleh pedang yang tajam.
“Dimas lebih baik kamu keluar dari ruangan ini aku butuh istirahat!” bentakku sambil mengusir Dimas
Orang tuaku selalu sibuk di luar kota bukan untuk mementingkan diri sendiri melainkan mereka mementingkanku.Dan Walaupun tidak ada orang tua ku disaat umurku 17 tahun tapi masih ada bi Ijah yang selalu menemani ku di saat aku sakit,suka,dan juga duka.Bagiku bi Ijah adalah Orang tua kedua di dalam Hidupku.

By : Agung Arjun Pratama

0 komentar :

Posting Komentar

Diharapkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan santun , Terimakasih